Thursday 17 November 2022

ORANG ZALIM SALING MEMBANTU

Dalam hidup ini kita dapati ada pihak yang adil dan pihak yang melakukan kezaliman. Bentuk-bentuk keadilan dan kezaliman itu bermacam-macam.

Kita juga dapati adanya persahabatan antara jin dan manusia kerana manusia akan menggunakan jin bagi memenuhi keperluan mereka, Allah juga menjadikan sebagian orang-orang zalim sebagai teman bagi sebagian yang lain. Kami jadikan sebagian mereka sebagai penolong sebagian yang sesuai dengan takdir dan sunnah alam, sebagaimana sebagian orang Mukmin menjadi kawan sebagian yang lain. Firman Allah SWT,

"Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain." (at-Taubah:71).

"Dan orang-orang yang kafir, sebagian mereka melindungi sebagian yang lain." (al-Anfaal:73).

Qatadah mengatakan dalam penafsiran ayat ini, “Allah hanya menjadikan persahabatan di antara manusia sesuai dengan amal mereka. Orang Mukmin adalah pelindung bagi orang Mukmin yang lain di mana pun dan bila pun dia berada. Orang kafir adalah pelindung bagi orang kafir yang lain, di mana pun dan bila pun dia berada. Keimanan bukanlah angan-angan atau penampilan saja." Ath-Thabari sependapat dengan tafsiran ini. Dengan demikian, makna ayat ini adalah sebagaimana Allah jadikan sebagian orang musyrik dari kalangan jin dan manusia sebagai pelindung bagi sebagian yang lain dan mereka saling menolong antara satu dengan yang lainnya. Demikian juga, Allah jadikan sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain dalam segala urusan yang disebabkan oleh kemaksiatan yang mereka lakukan.

Imam Suyuthi dalam al-Iklil mengatakan bahwa ayat ini sama erti dengan hadits,

"Sebagaimana keadaan kalian, seperti itulah pemimpin yang mengurusi kalian.”

Fudhail bin Iyadh berkata, "Jika kamu melihat orang zalim yang melakukan pembalasan kepada orang zalim yang lain, diamlah dan lihatlah dengan penuh kehairanan." Abu Syekh bin Hayyan meriwayatkan dari Manshur bin Abil Aswad, dia berkata, “Aku bertanya kepada al-Amasy tentang firman Allah SWT, ‘Apa yang kalian dengan dari perkataan mereka?' Manshur berkata, “Aku mendengar mereka berkata,'Jika manusia telah rusak, mereka akan dipimpin oleh orang-orang jahat dari mereka.' Sesungguhnya kekuasaan dan pemerintahan adalah milik orang-orang yang paling buruk dari mereka."' Sebagaimana firman Allah SWT,

"Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar mentaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu)." (al-lsraa':16).

Bentuk persahabatan antara orang-orang zalim boleh dalam bentuk saling menyayangi dan saling menolong di antara mereka, boleh juga sebagian mereka menguasai dan memimpin sebagian yang lain. Tidak ada seorang zalim pun, kecuali dia akan dikuasai oleh orang yang lebih zalim darinya. Kezaliman bersifat umum dan mencakup orang-orang yang menzalimi diri sendiri dan orang lain, baik itu para pemimpin maupun lainnya. Setiap kelompok menguasai kelompok yang memiliki kemiripan dalam perangai dan amal perbuatan. Ia akan membelanya dari dalam menghadapi yang lainnya. Ibnu Abbas berkata, "Jika Allah meridhai sebuah kaum, Dia akan menguasakan urusan mereka kepada yang terbaik dari mereka. Jika Allah murka kepada kaum, Dia akan menguasakan urusan mereka kepada yang terburuk dari mereka." Ini adalah ancaman yang bersifat umum kepada setiap orang yang zalim, baik dalam pemerintahan, kekuasaan, maupun yang lainnya.

Allah melanjutkan celaannya terhadap orang-orang zalim dan ancamannya kepada orang-orang kafir dari golongan jin dan manusia. Ia menjelaskan keadaan mereka pada hari Kiamat, iaitu dengan bertanya kepada mereka, padahal Dia Maha Mengetahui. "Bukankah para rasul telah menyampaikan risalah mereka?" Ini adalah pertanyaan yang bernada penegasan, ancaman, dan hinaan. Allah SWT berfirman, “Wahai golongan jin dan manusia, apakah belum sampai kepada kalian para rasul dari golongan kalian?” Para rasul berasal dari golongan manusia saja, tidak ada yang berasal dari jin, sebagaimana ketetapan mayoritas ulama salaf dan khalaf.

Mutiara dan marjan menurut kebiasaan orang-orang dahulu hanya keluar dari air laut yang asin, bukan tawar. Kemudian, terbukti bahwa sebagian sungai yang tawar terdapat mutiara juga yang boleh diambil.

Boleh juga yang dimaksud adalah para rasul dari jenis manusia yang sudah dikenal dan para rasul dari bangsa jin yang mendengarkan bacaan Nabi Muhammad saw. kemudian pergi untuk memberi peringatan kepada kaum mereka. Allah SWT berfirman,

"Mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan." (al-Ahqaaf:29).

"Katakanlah (Muhammad), 'Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin telah mendengarkan (bacaan),' lalu mereka berkata, 'Kami telah mendengarkan bacaan yang menakjubkan (Al-Qur'an)."' (al-Jinn:1).

Tugas dari para rasul ini adalah membacakan ayat-ayat yang berkenaan dengan keimanan, hukum, dan akhlak. Mereka memberi peringatan tentang datangnya hari penghimpunan, hisab, dan pembalasan kepada orang yang kufur dan mengingkarinya. Mereka menjawab pertanyaan itu pada hari Kiamat kami mengakui bahwa para rasul telah menyampaikan risalah kepada kami, memberi peringatan kepada kami tentang hari perjumpaan dengan-Mu, dan ini pasti terjadi. Ayat ini sama seperti firman Allah SWT,

"Mereka menjawab, 'Benar, sungguh, seorang pemberi peringatan telah datang kepada kami, tetapi kami mendustakan(nya) dan kami katakan, Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun, kamu sebenarnya di dalam kesesatan yang besar."' (al-Mulk:9).

Mereka tertipu oleh kehidupan dunia dengan hiasan dan kenikmatannya, yakni hawa nafsu, harta, anak-anak, cinta pada kekuasaan dan derajat yang tinggi sehingga mereka mengabaikan perintahAllah dalam kehidupan dunia mereka. Mereka binasa karena mendustakan para rasul dan mengingkari mukjizat karena sombong dan angkuh. Mereka bersaksi untuk diri mereka sendiri pada hari Kiamat bahwa mereka di dunia mengingkari apa yang dibawa para rasul. Pengutusan para rasul, adanya peringatan kepada manusia, dan penurunan kitab-kitab sesuai dengan sunnatullah bahwa seseorang tidak akan dihukum atas dosa yang dilakukannya jika risalah dakwah belum sampai kepadanya. Sebuah umat juga tidak akan dibinasakan dengan siksa yang memusnahkan kecuali setelah diutusnya para rasul kepada mereka, sebagaimana firman Allah SWT,

"Dan tidak ada satu pun umat melainkan di sana telah datang seorang pemberi peringatan." (Faathir:24).

"Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), 'sembahlah Allah, dan jauhilah Taghut."' (an-Nahl:36).

"Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul." (al-Israa':15).

Kata (بِظُلۡمٖ) sebagaimana disebutkan oleh ath-Thabari mempunyai dua makna. Pertama, syirik dan sejenisnya, yakni kezaliman adalah perbuatan orang-orang kafir. Kedua, pembinasaan bukanlah suatu kezaliman walaupun tanpa adanya peringatan akan datangnya para rasul, ayat-ayat, dan peringatan sebab semua itu adalah kekuasaan Allah SWT. Makna yang pertama lebih kuat sebagaimana pendapat ath-Thabari, ar-Razi, dan lainnya.

Kesimpulannya ialah sesungguhnya Allah tidak menzalimi seorang pun dari makhluk-Nya, tetapi manusia yang zalim pada dirinya sendiri. Semua yang menimpa kepada umat Islam disebabkan perbuatan buruk mereka dan karena mereka meninggalkan agama. Kesalahan ada pada mereka bukan pada sistem syari'at. Setiap orang yang beramal, baik ketaatan maupun kemaksiatan akan mendapatkan kedudukan dan posisi sesuai amalnya. Allah akan menyampaikan padanya dan memberinya pahala amal. Jika amalnya baik, balasannya baik. Jika buruk balasannya buruk. Allah mengawasi semua amal perbuatan. Tidak ada satu perbuatan mereka, kecuali Allah mengetahuinya. Dialah yang menghitung dan menetapkannya untuk mereka di sisi-Nya untuk kemudian akan dibalas ketika mereka bertemu dengan-Nya dan kembali kepada-Nya. Ini adalah dalil bahwa kebahagiaan dan kesengsaraan tergantung pada amal perbuatan manusia dan keinginannya, usaha, kehendak, dan ikhtiarnya.

Semoga Allah memberikan kita kesedaran dalam memahami situasi masyarakat kini dan memilih pemimpin yang baik sesuai dengan negara, bangsa dan agama. Aamiin!!!...

Rujukan: Tafsir Al-Munir Jilid 4 - Juzuk 7 & 8 (Bahasa Indonesia), dari mukasurat 328 hingga 332.

DrIsbah, Teras Jernang, 17-11-2022.

No comments:

Post a Comment