Saturday 17 September 2022

DALAM KESULITAN MENGADULAH KEPADA ALLAH.

Allah SWT memaklumkan kepada kita bahwa Dia adalah Zat Yang Maha melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Ia Maha Mengatur ciptaan-Nya sesuai dengan yang diinginkan-Nya, dan bahwa tidak ada penghalang apa pun yang boleh menghukumi-Nya. Tiada seorang pun yang mampu menghindarkan hukum-Nya dari ciptaan-Nya, bahkan Allah SWT adalah Zat Yang Esa tiada sekutu bagi-Nya. Dia akan mengabulkan permintaan siapa saja yang Ia kehendaki.

Katakanlah kepada orang-orang musyrik wahai Rasul, "Bagaimana jika adzab Allah SWT datang menimpa kalian, sebagaimana adzab yang telah menimpa umat-umat terdahulu, seperti gempa, angin taupan, halilintar yang berkilat, badai, dan banjir? Bagaimana jika hari Kiamat didatangkan kepada kalian dengan segala macam kepanikan, kehinaan, dan hiruk pikuk malapetaka yang menakutkan? Adakah kalian akan menyeru kepada selain Allah SWT untuk menghindar dari apa yang menimpa diri kalian? Ataukah kalian akan menyeru kepada berhala yang kalian jadikan sebagai tempat berlindung? Ataukah kalian memercayai berhala-berhala itu sebagai Tuhan dan sebagai sekutu Allah SWT?

Kemudian, Allah SWT memberikan mereka jawaban dengan nada mencemuh dari pertanyaan-pertanyaan ini melalui firman-Nya (بَلۡ) untuk menggugurkan semua yang telah disebutkan sebelumnya. Adapun jawabannya adalah bahwa pada saat kalian tertimpa kesengsaraan, malapetaka, dan cobaan, kalian hanya meminta kepada kepada Allah semata. Kalian meminta agar Ia menghilangkan segala penderitaan yang ditimpakan kepada kalian dan Allah SWT menghilangkan penderitaan tersebut sesuai dengan hikmah dan kehendak-Nya. Pada saat itu, kalian melupakan apa yang selama ini membuat kalian musyrik. Kalian meninggalkan tuhan-tuhan kalian dan yang kalian ingat hanyalah Allah SWT semata, sebagaimana firman Allah SWT,

"Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilang semua yang (biasa) kamu seru, kecuali Dia. Tetapi ketika Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling (dari-Nya). Dan manusia memang selalu ingkar (tidak bersyukur)." (al-Israa': 67).

"Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan penuh rasa pengabdian (ikhlas) kepada-Nya, tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, malah mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)." (al-'Ankabuut:65).

"Dan apabila mereka digulung ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, Ialu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Adapun yang mengingkari ayat-ayat Kami hanyalah pengkhianat yang tidak berterima kasih." (Luqmaan:32).

Dalam ayat-ayat 40 hingga 45, Surah Al-An’aam (6), Allah SWT menyatakan mengenai kekuasaan, ke-Esa-an, dan keterangkuman hidup manusia berada dalam genggaman-Nya.

Katakanlah (wahai Muhammad): "Khabarkanlah kepadaku, jika datang kepada kamu azab Allah, atau datang kepada kamu hari kiamat, adakah kamu akan menyeru yang lain dari Allah (untuk menolong kamu), jika betul kamu orang-orang yang benar?" (Al-An’aam (6) : 40).

Bahkan Dia lah (Allah) yang kamu seru lalu Ia hapuskan bahaya yang kamu pohonkan kepadaNya jika Ia kehendaki; dan kamu lupakan apa yang kamu sekutukan (dengan Allah dalam masa kamu ditimpa bahaya itu). (Al-An’aam (6) : 41).

Dan demi sesungguhnya Kami telah utuskan Rasul-rasul kepada umat-umat yang dahulu daripadamu (lalu mereka mendustakannya), maka Kami seksakan mereka dengan kebuluran dan penyakit, supaya mereka berdoa (kepada Kami) dangan merendah diri (serta insaf dan bertaubat). (Al-An’aam (6) : 42).

Maka alangkah eloknya kalau mereka berdoa kepada Kami dengan merendah diri (serta insaf dan bertaubat) ketika mereka ditimpa azab Kami? Tetapi yang sebenarnya hati mereka keras (tidak mahu menerima kebenaran), dan Syaitan pula memperelokkan pada (pandangan) mereka apa yang mereka telah lakukan. (Al-An’aam (6) : 43).

Kemudian apabila mereka melupakan apa yang telah diperingatkan mereka dengannya, Kami bukakan kepada mereka pintu-pintu segala kemewahan dan kesenangan, sehingga apabila mereka bergembira dan bersukaria dengan segala nikmat yang diberikan kepada mereka, Kami timpakan mereka secara mengejut (dengan bala bencana yang membinasakan), maka mereka pun berputus asa (dari mendapat sebarang pertolongan). (Al-An'aam (6) : 44).

Lalu kaum yang zalim itu dibinasakan sehingga terputus keturunannya. Dan (dengan itu bersyukurlah kerana musnahnya kezaliman, dengan menyebut): "Segala puji tertentu bagi Allah Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian Alam". (Al-An’aam (6) : 45).

Ayat-ayat sebelum ayat 40 hingga 45, telah menjelaskan betapa bodohnya orang kafir dan betapa ilmu Allah SWT meliputi seluruh alam. Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan situasi lain dari orang-orang kafir tatkala mereka diuji dengan bencana dan musibah, mereka mengadu dan kembalikan kepada Allah SWT, bahkan tidak berani mendurhakai-Nya. Hal ini dipengaruhi oleh keperluan manusia pada tauhid tersebut.

Begitulah, Allah SWT telah meletakkan di dalam fitrah manusia ketauhidan dan kepatuhan terhadap Pencipta yang hakiki dan Yang Maha Berkuasa yang kekuasaan-Nya melebihi segala sesuatu. Tiada satu pun yang mampu mengalahkan-Nya baik di langit maupun di bumi. Adapun kemusyrikan yang sifatnya adalah sementara dan berasal dari warisan kaum-kaum primitif, hingga ketika tertimpa cobaan, mereka akan memohon dengan sangat kepada Allah SWT,

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (lslam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (lnilah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (ar-Ruum:30).

Allah SWT memberikan contoh dengan perumpamaan umat-umat terdahulu dan mengukuhkannya sebagai contoh agar dapat dijadikan pengajaran. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa kesengsaraan yang menimpa hamba-hamba-Nya itu telah menjadi sunatullah agar mereka berbalik dari kesesatannya dan menjadi sedar kembali. Kemudian, Allah SWT berfirman (وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَآ) yang maksudnya adalah Allah telah mengutus para rasul kepada umat-umat sebelummu, lalu para rasul itu mengajak mereka untuk mengesakan Allah SWT dan menyembah-Nya, namun mereka tidak mengindahkan ajakannya maka Allah pun menguji mereka dengan musibah dan malapetaka, yakni dengan kefakiran, kesempitan hidup, penyakit, dan kepedihan agar mereka berdoa dan mengharap dengan sungguh-sungguh kepada Allah SWT dengan penuh kekhusyuan. Sebabnya, musibah-musibah tersebut akan membersihkan jiwa, memperkuat mental, dan meluruskan akhlak. Ayat ini berkaitan erat dengan ayat sebelumnya ketika orang-orang musyrik menempuh jalan yang berbeda dengan para nabi, seperti jalan yang di tempuh oleh orang sebelum mereka. Mereka mencabarnya agar diturunkan bencana, sebagaimana bencana yang telah diturunkan kepada umat-umat sebelumnya.

Kemudian, Allah SWT menegaskan anjuran-Nya supaya memohon dengan sungguh-sungguh dengan mengatakan, “Andai saja kalian tunduk kepada-Ku dan bersikap khusyu’ dan bertaubat tatkala datang cobaan dan tanda-tanda dari siksaan." Akan tetapi mereka tidak mau melakukannya dan hati mereka menjadi keras, yakni hati mereka tidak lembut dan halus dan mengeras bagaikan batu bahkan lebih keras lagi. Mereka tidak mau mengambil pelajaran dan syaitan akan menghiasi perbuatan mereka dengan tindakan syirik, dosa, durhaka, dan maksiat, bahkan syaitan akan membisikkan kepada mereka untuk tetap mengikuti apa yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka.

Kemudian, Allah SWT menurunkan siksaan kepada mereka disertai dengan penjelasan penyebab dan pertimbangannya, Allah SWT berfirman, (فَلَمَّا نَسُواْ) maksudnya adalah tatkala mereka berpaling dari para rasulnya yang membawa ajaran baik berupa berita gembira maupun peringatan, mereka melupakannya dan membelakanginya. Mereka terus berada dalam kekafiran dan kedurhakaannya, Ialu Allah SWT membukakan pintu rezeki dengan berbagai macam kemakmuran hidup, kesihatan, keamanan, dan lain sebagainya sesuai dengan yang diinginkan mereka. Ini adalah istidraj dan pembiaran dari Allah SWT kepada mereka sehingga tatkala mereka bersuka ria dengan apa yang telah mereka terima berupa rezeki, anak-anak dan harta benda. Allah SWT menjadikan mereka lalai dan menimpakan siksa yang tak terduga kepada mereka. Mereka pun menjadi putus asa dari keselamatan dan semua kebajikan.

Binasalah kaum yang menzalimi dirinya sendiri, iaitu mereka yang mendustakan rasul dan tetap berkubang dalam kemusyrikan yang membinasakan sehingga tak ada seorang pun dari mereka yang akan selamat. Pujian seutuhnya hanyalah milik Allah SWT, Tuhan seluruh alam, atas anugerah kenikmatan-kenikmatan-Nya kepada rasul-rasul-Nya dan kepada orang-orang yang taat. Ia yang menjatuhkan siksaan bagi orang-orang kafir dan rusak. Ini menunjukkan bahwa pemusnahan orang-orang yang merusak adalah bentuk nikmat dari Allah SWT dan bahwa dalam setiap kesengsaraan dan kepedihan terdapat pelajaran dan nasihat. Sesungguhnya, tenggelam dalam kemewahan hidup merupakan istidraj dan permulaan adzab. Sesungguhnya, berdzikir kepada Allah SWT adalah sebuah keharusan dalam setiap perkara.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Uqbah bin Amir dari Nabi saw. bersabda,

"Jika kalian melihat seorang hamba yang diberikan oleh Allah SWT sesuatu yang ia inginkan dari dunia atas kemaksiatan yang ia lakukan, maka ketahuilah bahwa itu adalah istidraj." (HR Imam Ahmad).

Kemudian, Rasulullah saw membacakan ayat, (فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِۦ فَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ أَبۡوَٰبَ كُلِّ شَيۡءٍ) sampai akhir ayat.

Dalam sebuah riwayat ath-Thabrani dan al-Baihaqi tentang bab iman disebutkan,

"Jika kamu melihat Allah SWT memberikan kepada seorang hamba sesuatu yang ia sukai dari dunia, padahal dia selalu melakukan maksiat, maka hal itu merupakan istidraj." (HR ath-Thabrani dan al-Baihaqi).

Adapun orang Mukmin tidak akan terpedaya (lengah) dengan kenikmatan dan akan bersabar saat mendapat cobaan. Imam Muslim meriwayatkan dalam hadits marfu dari Shuhaib,

"Sungguh mengagumkan perkara orang Mukmin, semua perkaranya itu baik, dan hal tersebut hanya ada pada diri orang Mukmin. Ketika ia mendapat kesenangan ia akan bersyukur, dan itu adalah kebaikan baginya, dan ketika ia tertimpa kesengsaraan ia bersabar dan itu adalah kebaikan baginya!' (HR Muslim).

Ayat (Qul araoitukum) merupakan hujjah tak terbantahkan bagi orang-orang musyrik. Ayat ini sebuah perumpamaan bagus yang digunakan dalam berargumentasi dengan mereka. Di saat tertimpa musibah, mereka mengadu kepada Allah dan pada hari Kiamat mereka akan kembali kepada-Nya. Lantas, mengapa kemusyrikan ini terus terjadi pada saat kondisi mereka sejahtera? Padahal, pada saat mereka sedang kesulitan, mereka meninggalkan berhalanya dan menyeru kepada Allah SWT agar menghilangkan adzab dari mereka? Semua ini menunjukkan adanya pengakuan dari mereka terhadap Allah SWT.

Di antara wujud sifat belas kasih Allah SWT kepada hamba-Nya adalah adanya peringatan dari Allah mengenai kondisi umat-umat terdahulu yang bisa diambil pelajaran dan nasihat. Sesungguhnya, Allah SWT mendidik hamba-hamba-Nya dengan kesengsaraan (harta benda) dan kesulitan (yang menimpa badan) serta dengan apa saja yang dikehendaki oleh-Nya,

"Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang dikerjakan, tetapi merekalah yang akan ditanya." (al-Anbiyaa':23).

Hal ini supaya mereka kembali kepada Allah SWT serta berpaling dari kekafiran dan kemaksiatan sehingga mereka sadar.

Akan tetapi, pada umumnya, kedurhakaan selalu mengiringi kekafiran. Oleh karena itu, Allah SWT mencela orang kafir yang yang tidak mau berdoa dan menginformasikan bahwa mereka tidak tunduk saat diturunkannya adzab. Boleh jadi, mereka berdoa, namun tanpa disertai keikhlasan atau mereka berdoa pada saat terkena adzab dan pada saat itu hal ini tidak ada gunanya bagi mereka.

Dari penjelasan di atas, bisa dipahami bahwa berdoa diperintahkan saat kondisi lapang atau sempit. Allah SWT berfirman,

"Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya, orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina-dina."' (al-Mu'min: 60).

Ini adalah sebuah ancaman yang teramat nyata.

Adapun adanya kedurhakaan orang kafir ditunjukkan dalam firman Allah SWT , (وَلَٰكِن قَسَتۡ قُلُوبُهُمۡ) yakni keras kepala dan keras hatinya. Hal ini merupakan ungkapan bagi orang kafir dan orang yang selalu berbuat maksiat. Mereka dalam hal ini terpengaruh oleh syaitan, (وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ) syaitan membujuk dan menggiring mereka pada kemaksiatan.

Kenikmatan yang diberikan kepada seorang hamba bukan bererti hal itu menunjukkan keridhaan Allah SWT. Apabila kenikmatan itu dibarengi dengan kemaksiatan, hal tersebut merupakan istidraj dari Allah SWT, sebagaimana dalam firman-Nya,

"Dan Aku memberi tenggang waktu kepada mereka. Sungguh, rencana-Ku sangat teguh." (al-Qalam:45).

Sebagian ulama ada yang berkata, "semoga Allah memberikan rahmat bagi seorang hamba yang mentadabburi ayat ini, (حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُواْ بِمَآ أُوتُوٓاْ أَخَذۡنَٰهُم بَغۡتَةٗ)." Muhammad bin an-Nadhr al-Haritsi mengatakan bahwa Allah SWT menangguhkan kaum-kaum ini sampai dua puluh tahun. Hasan al-Bashri mengatakan "Demi Allah, tidak ada seorang manusia pun yang diberi kelapangan duniawi oleh Allah SWT lalu ia tidak memiliki kekhawatiran bahwa hal itu adalah ujian dari Allah, kecuali amalnya akan menurun dan akalnya menjadi lemah. Tidaklah Allah menahan pemberian kepada hamba, lalu ia tidak memiliki anggapan bahwa di dalamnya ada sebuah kebaikan, kecuali amalnya akan menurun dan akalnya menjadi lemah.”

Sesungguhnya, kehancuran dan kebinasaan suatu kaum dalam pengetahuan kita merupakan hal yang menyedihkan, namun dalam takdir Allah SWT hal itu merupakan suatu pelajaran dan nasihat yang baik agar kerusakan tidak semakin merajalela.

Ayat (فَقُطِعَ دَابِرُ ٱلۡقَوۡمِ) mengandung kewajiban untuk meninggalkan kezaliman karena kezaliman selalu mendatangkan penderitaan. Ayat ini juga mengandung kewajiban untuk memuji kepada Allah SWT yang telah menghukum kezaliman agar kerusakan tidak terus berlanjut dan agar unsur kebaikan bisa tegak berdiri.

Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil daripada tajuk ini ialah:

1. Allah SWT mengatakan bahwa Dia adalah Zat Yang Mahakuasa yang dapat melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Ia Maha Mengatur ciptaan-Nya sesuai dengan keinginan-Nya, dan bahwa tidak ada penghalang apa pun yang boleh menyekat-Nya. Tiada seorang pun yang mampu menghindarkan hukum-Nya dari ciptaan-Nya, bahkan Allah SWT adalah Zat Yang Esa tiada sekutu bagi-Nya. Dia akan mengabulkan permintaan siapa saja yang Ia kehendaki.

2. Apabila Allah memberi cobaan dan ujian, ketika itu mereka menyeru kepada Allah, namun apabila Allah selamatkan mereka dari bahaya mereka Kembali ingkar (Luqman(31):32).

3. Pada dasarnya pada diri setiap manusia sudah ada fitrah ketauhidan, terserah kepadanya sama ada menyelusuri fitrah itu atau menyangkalnya. Berbahagialah yang berpaut kepada fitrah itu dan merugilah siapa yang menafikannya.

4. "Sungguh mengagumkan perkara orang Mukmin, semua perkaranya itu baik, dan hal tersebut hanya ada pada diri orang Mukmin. Ketika ia mendapat kesenangan ia akan bersyukur, dan itu adalah kebaikan baginya, dan ketika ia tertimpa kesengsaraan ia bersabar dan itu adalah kebaikan baginya!.” (HR Muslim).

5. Pada dasarnya manusia beriman akan taat kepada Allah SWT dalam segala perintah-Nya, namun disebabkan bujukan dan rayuan syaitan mereka kadang-kadang mereka termakan dengan hasutan syaitan tersbut. Siapa yang Allah lindungi, dia akan segera bertaubat.

Semoga kita mencari fakta yang benar dan tidak menyeleweng fakta yang Allah turunkan melalui al-Quran. Aamiin!!!...

Rujukan: Tafsir Al-Munir Jilid 4 - Juzuk 7 & 8 (Bahasa Indonesia), dari mukasurat 187 hingga 192.

Dr. Ismail Abdullah, Teras Jernang, Bandar Baru Bangi, 17-09-2022.

Friday 16 September 2022

KASIH SAYANG ALLAH MELEBIHI MURKA-NYA

Di antara sifat Pencipta-Zat yang kita merasa tenteram berada di dalam ketaatan kepada-Nya-adalah sifat kasih sayang. Allah SWT mewajibkan diri-Nya untuk merahmati makhluk-Nya.

Di antara wujud dari kasih sayang-Nya adalah pengumpulan makhluk pada hari Kiamat untuk memberikan pahala dan siksa. Sebabnya, ketika manusia mengetahui bahwa dia akan mendapatkan sesuatu di akhirat nanti, dia akan melakukan kebaikan dan menjauhi kejelekan. Jadi, adanya rangsangan yang semacam ini adalah cara untuk mendidik manusia dan sebagai bentuk kasih sayang terhadap para hamba. Kalau saja tidak ada rasa takut pada adzab hari Kiamat, pasti dunia ini akan penuh dengan kerusakan, kekacauan dan kejahatan. Ia akan mengalami kegaduhan dan kerusakan pada sistem sosial.

Dengan demikian, adanya suatu ancaman yang seperti ini menjadi wujud dari rahmat Allah. Di dalam Shahih Bukhari dan Muslim ditegaskan bahwa Rasulullah saw. bersabda yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah,

"Sesungguhnya ketika Allah menciptakan makhluk, Ia menulis tulisan di atas Arsy: 'Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku."' (HR Bukhari dan Muslim).

Maksud dari hadits di atas ialah ketika Dia menampakkan qadha-Nya dan menunjukkannya kepada siapa pun apay yang Dia kehendaki. Dia memperlihatkan tulisannya yang ada di Lauh Mahfuzh atau di tempat yang dikehendaki. Isi dari tulisan itu ialah berita kebenaran dan janji yang pasti bahwa rahmat-Nya mendahului dan mengalahkan murka-Nya.

Secara khusus bahwa orang-orang yang merugikan dirinya sendiri ialah mereka yang menjerumuskan diri mereka ke dalam kerusakan, tidak menggunakan akal dan ilmu, serta tidak mengambil pelajaran dari peringatan yang ada, sebagaimana Alah menyebutkan secara khusus bahwa merekalah orang-orang yang tercela dan terhina di antara seluruh manusia pada hari Kiamat.

Penyebab dari kerugian itu adalah tiadanya iman di dalam diri mereka, ertinya mereka tidak meyakini adanya hari kebangkitan dan hari akhir serta tidak takut pada adzab di hari itu. Namun, di dalam ayat ini Allah menjadikan hilangnya keimanan dari diri mereka sebagai akibat dari sikap mereka yang merugikan diri mereka sendiri, padahal faktanya adalah sebaliknya. Terkait hal ini, az-Zamakhsyari mengatakan bahwa makna ayat di atas adalah orang-orang yang merugikan diri mereka-sesuai dengan ilmu Allah-adalah kerana mereka memilih kekufuran dan mereka tidak beriman.

Di dalam al-Qur’an dinyatakan lima ayat yang sangat jelas mengenai kasih sayang Allah dan juga balasan bagi mereka yang engkar,

Bertanyalah (wahai muhammad): "Hak milik siapakah segala yang ada di langit dan di bumi?" Katakanlah: "(Semuanya itu) adalah milik Allah. Ia telah menetapkan atas diriNya memberi rahmat. Demi sesungguhnya Ia akan menghimpunkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada sebarang syak padanya". Orang-orang yang merugikan diri sendiri (dangan mensia-siakan pengurniaan Allah), maka mereka (dengan sebab yang tersebut) tidak beriman. (Al-An’aam (6) : 12).

Dan bagi Allah jualah apa yang ada pada waktu malam dan siang; dan Dia lah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui. (Al-An’aam (6) : 13).

Katakanlah (wahai Muhammad): "Patutkah aku mengambil (memilih) pelindung yang lain dari Allah yang menciptakan langit dan bumi, dan Ia pula yang memberi makan dan bukan Ia yang diberi makan?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama sekali menyerah diri kepada Allah (Islam), dan (aku diperintahkan dengan firmanNya): `Jangan sekali-kali engkau menjadi dari golongan orang-orang musyrik itu.'" (Al-An’aam (6) : 14).

Katakanlah: "Sesungguhnya aku takut jika aku derhaka kepada Tuhanku, (akan dikenakan) azab hari yang besar (hari kiamat)". (Al-An’aam (6) : 15).

Sesiapa yang dijauhkan azab daripadanya pada hari itu, maka sesugguhnya Allah telah memberi rahmat kepadanya; dan itulah kejayaan yang jelas nyata. (Al-An’aam (6) : 16).

Ayat-ayat ini menegaskan keterangan yang terdapat pada ayat sebelumnya mengenai penetapan tiga pokok agama, iaitu pertama, pembuktian keberadaan dan keesaan Allah; kedua, penetapan adanya hari kebangkitan; hari akhir dan ketiga, pembalasan amal; serta pengakuan akan kenabian dan risalah Muhammad saw.. Hal itu dilakukan dengan cara pemaparan dalil-dalil yang menunjukkan tiga pokok agama tersebut dengan metode tanya jawab. Ini adalah metode lain dalam rangka mengukuhkan aqidah dalam hati dan menarik perhatian orang lain supaya tidak bosan.

Jika terbukti bahwa Allah SWT adalah pencipta dan yang membuat langit dan bumi beserta semua yang bergerak dan yang diam di langit dan bumi, hal ini menandakan bahwa Dia Mahakuasa untuk menciptakannya kembali, mengumpulkan, dan membangkitkannya.

Ini juga membuktikan bahwa Dia (Allah) adalah Maharaja yang mesti ditaati, Zat yang berkuasa untuk memerintah dan melarang hamba-Nya. Oleh karena itu, harus ada orang yang menyampaikan pesan ini dan itulah tugas seorang nabi. Dengan demikian, pengutusan para nabi dan rasul oleh Allah SWT kepada makhluk adalah hal yang bersifat wajib. Dengan demikian, ayat ini sudah cukup untuk membuktikan tiga asas di atas.

Pada dasarnya, orang-orang musyrik, ketika ditanya kepunyaan siapa langit dan bumi, kepunyaan siapa alam, makhluk, dan semua yang ada di dalamnya? Pertanyaan ini sebagai celaan dan penghinaan kepada mereka. Sebabnya, mereka meyakini bahwa Allah adalah Maha Pencipta, sebagaimana firman Allah,

"Dan sungguh, jika engkau (Muhammad) tanyakan kepada mereka, 'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?' Tentu mereka akan menjawab, Allah."' (Luqmaan:25).

Kerajaan langit dan bumi bukanlah sekadar kerajaan yang kosong, tetapi ia adalah kerajaan yang mencakup segala sesuatu yang ada di antara keduanya baik yang diam maupun yang bergerak. Semuanya adalah hamba dan makhluk-Nya serta berada di bawah kekuasaan, perlakuan, dan pengaturan-Nya. Tidak ada Tuhan selain Dia. Ia menyebutkan secara khusus sesuatu yang diam di waktu malam dan siang meskipun ia masuk dalam makna apa yang di langit dan apa yang di bumi. Hal ini untuk menunjukkan bahwa pengaturan Allah SWT juga meliputi hal-hal yang samar.

Semua yang ada di langit dan di bumi tunduk pada pengawasan Allah dan perlakuan-Nya. Dialah Yang Maha Mendengar yang pendengaran-Nya meliputi semua yang kecil dan besar. Dia mendengar jalannya semut hitam di malam yang kelam, di atas batu besar lagi keras. Dia juga Maha Mengetahui, ilmu-Nya meliputi semua yang kecil dan yang besar. Pendengarannya meliputi semua yang bisa didengar seperti ucapan dan suara hamba-hamba-Nya. Ilmu-Nya meliputi semua yang bisa diketahui, seperti gerakan-gerakan makhluk dan rahsia-rahsia mereka. Semuanya ini menghendaki adanya pengawasan Ilahi dan pengelolaan yang sempurna terhadap segala sesuatu.

Kemudian, Allah memerintahkan Nabi-Nya -yang merupakan utusan yang menyampaikan syari'at-Nya-sebuah perintah sebagai bentuk akibat dari apa yang telah di jelaskan sebelumnya. Allah SWT berfirman kepadanya, "Katakan wahai Muhammad, 'Aku tidak menjadikan sesuatu sebagai pelindung, penolong yang dapat memberiku manfaat atau menolak bahaya, kecuali hanya Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah pencipta langit dan bumi tanpa ada yang dapat setara dengan-Nya."' Ini sama seperti firman Allah SWT,

"Katakanlah (Muhammad), Apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, wahai orang-orang yang bodoh?"' (az-Zumar: 64).

Adapun penciptaan langit dan bumi, ia sebelumnya berupa kumpulan asap yang kemudian terpisah. Ini juga termasuk dalam makna kata fathara dan syaqqa. Allah SWT berfirman,

"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya." (al-Anbiyaa':30).

Allah juga Zat yang memberi rezeki dan menutup pintu rezeki tersebut. Dialah yang memberi nikmat kepada makhluk-Nya, tanpa ada rasa perlu kepada mereka sebab Allah SWT jauh dari sifat perlu kepada semua selain dari-Nya, sebagaimana firman Allah SWT,

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan ogar mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku. Sungguh Allah, Dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kukuh." (adz-Dzaariyyaat:56-58).

Di sini, ada isyarat yang jelas yang mengarahkan manusia agar mereka mencari rezeki dari Allah SWT semata, disertai dengan upaya mencari jalan menuju pintu rezeki tersebut, baik dengan usaha, bekerja, melakukan pengelolaan, penelitian, maupun latihan, bukan dengan meminta kepada selain Allah, baik dia manusia, berhala, maupun patung. Sama saja apakah ia adalah pemimpin atau tidak sebab semua rezeki hamba ada di tangan Allah SWT semata.

Jika telah jelas bagimu-wahai Muhammad dan orang-orang selain kamu-dalil-dalil yang menunjukkan pada Zat yang berhak menjadi Tuhan, disembah, dan dijadikan pelindung, katakan kepada mereka, "sesungguhnya aku diperintahkan oleh Tuhanku yang memiliki sifat-sifat ini agar aku menjadi orang yang pertama kali pasrah, tunduh merendahkan diri, dan taat kepada-Nya." Aku juga dilarang untuk menyekutukan Allah dalam bentuk apa pun, di antaranya adalah syirik ala Jahiliyyah yang menjadikan berhala sebagai jalan dan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kemudian, Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk menginformasikan balasan bagi orang yang menyalahi perintah dan larangan di atas. Allah berfirman, (قُلۡ إِنِّيٓ أَخَافُ) Katakan kepada mereka, "Sesungguhnya aku takut tertimpa adzab pada hari yang sangat mengerikan dan menakutkan jika aku mendurhakai Allah.” Hari Kiamat yang Allah akan menghisab para makhluk dengan hisab yang keras atas amal perbuatan mereka dan akan membalas mereka dengan balasan yang setimpal. Itulah hari ketika manusia tidak memiliki kuasa apa pun untuk dirinya. Semua perkara pada hari itu adalah milik Allah. Jika peringatan ini diarahkan kepada Nabi utusan Allah, bagaimana dengan manusia yang lain? Siapa yang dapat menolak adzab dari mereka pada hari itu? Allah SWT telah merahmati Nabi dan menyelamatkannya dan itu adalah keberuntungan yang besar yang tidak ada keberuntungan yang lebih mulia dari itu, sebagaimana firman Allah SWT,

"Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, sungguh, dia memperoleh kemenangan." (Ali-Imraan:185).

Yang dimaksud dengan kemenangan ialah diperolehnya keuntungan dan terhindar dari kerugian.

Ayat-ayat ini mengukuhkan pokok-pokok aqidah yang mencakup tauhid, hari kebangkitan, balasan, dan kenabian. Ini adalah dalil-dalil yang dijadikan sebagai hujjah untuk membungkam orang-orang musyrik yang ingkar. Pertama-tama dengan menampilkan pengakuan akan adanya Allah yang mereka mengakui hal itu dan mengakui bahwa pencipta langit dan bumi adalah Allah. Kalaupun mereka tidak mengakui hal itu, ada hujjah yang akan membantah pengingkaran mereka.

Jika telah nyata bahwa apa yang ada di langit dan bumi adalah kepunyaan Allah SWT dan Dia adalah pencipta semuanya, baik berdasarkan pengakuan dari mereka maupun dengan adanya hujjah kepada mereka, dengan begitu, Allah SWT juga berkuasa untuk menyegerakan turunnya siksa dan membangkitkan mereka kembali setelah mati. Namun, Allah SWT telah menetapkan rahmat (kasih sayang) atas diri-Nya sebagai bentuk anugerah dan kurnia dari-Nya. Oleh karena itu, Dia memberi penangguhan kepada manusia sampai mereka sadar kembali. Ini adalah bentuk belas kasih dari Allah kepada orang-orang yang berpaling dan tidak mau menyambut-Nya. Selain itu, hal ini adalah penegasan dari-Nya bahwa Dia Maha Pengasih kepada hamba-hamba-Nya, tidak menyegerakan hukuman bagi mereka dan menerima taubat mereka.

Di antara bentuk rahmat dari Allah adalah adanya penangguhan sampai hari Kiamat dan pemberian maklumat kepada manusia mengenai pengumpulan mereka pada hari Kiamat untuk memberi pahala bagi orang-orang yang taat dan menyiksa orang-orang yang durhaka. Peringatan lebih awal itu adalah rahmat dari Allah kepada hamba-hamba-Nya sebab ketika mereka mengetahui bahwa mereka tidak boleh lepas dari hisab, mereka akan berfikir; memperbaiki amal, dan memperbaiki keimanan mereka.

Kemudian, Allah mencela orang-orang yang merugi, iaitu mereka yang tidak peduli terhadap apa yang dikehendaki oleh ilmu dan akal sehat berupa keimanan dan sikap istiqamah dalam agama dan syari'at Allah. Orang-orang yang merugi itu-karena telah memilih sikap kufur-adalah orang-orang yang tidak beriman.

Jika dalil-dalil yang menunjukkan adanya Tuhan sudah jelas, setiap manusia wajib untuk menyembah-Nya dan menjadikan-Nya sebagai pelindung dan penolongnya dalam rangka merealisasikan kemaslahatan dan melindungi diri dari bahaya, serta pasrah dan tunduk kepada perintah-perintah-Nya. Dialah yang memberi rezeki dan memberi makan. Dialah yang memberikan kurnia bukan yang penerima kurnia. Selain itu, semua manusia dilarang melakukan kemusyrikan dan menjadikan sekutu dan perantara antara dirinya dan Allah.

Setiap manusia wajib memiliki rasa takut kepada adzab Allah pada hari Kiamat sebab ia adalah adzab yang pedih. Barangsiapa yang selamat darinya, dia telah diliputi rahmat dan pertolongan dari Allah. Ini adalah keberuntungan dan keselamatan terbesar bagi manusia. Ya Allah, jadikanlah diriku, keturunanku, bapakku, ibuku, keluargaku, dan guru-guruku termasuk orang-orang yang beruntung.

Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil daripada kuliah ini ialah:

1. Ditetapkan tiga (3) asas agama iaitu pertama, pembuktian adanya Allah dan ke-Esaan-Nya, kedua, penetapan adanya hari kebangkitan (akhirat) dan pembalasan amal, dan ketiga, pengakuan kenabian dan risalah Nabi Muhammad SAW.

2. Persoalan berikutnya ialah bagaimana menyakinkan umat manusia terhadap ketiga-tiga asas agama (dasar) tersebut bagi menguatkan aqidah dan keimanan mereka kepada Allah SWT.

3. Orang-orang musyrik pun tahu bahwa yang menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antaranya adalah Allah SWT. Mereka perlu diberikan bukti-bukti dan dalil-dalil bagi memperlihatkan bahwa Zat yang Maha berkuasa, dan Maha mengetahui ialah Allah SWT.

4. Risalah yang ingin Allah SWT sampaikan kepada manusia dikuatkan lagi dengan mengutus para nabi dan rasul yang ikhlas berjuang kerana Allah. Para nabi dan rasul dibekalkan dengan mukjizat yang sesuai dengan zaman mereka bagi menyakinkan umat tentang Zat yang Maha berkuasa itu.

5. Para nabi dan rasul juga mengingatkan kepada yang engkar bahwa pada hari akhirat disediakan siksaan bagi yang menolak ajaran para nabi dan rasul sementara yang beriman akan mendapat balasan yang setimpal dengan amalan mereka.

6. Jika manusia beriman bermakna dia sudah menemui jalan yang baik dan jika dia menolak maka kerugian dari penolakan itu tertimpa atas diri mereka sendiri. Kekufuran mereka tidak sedikit pun mempengaruhi orang-orang yang beriman dan Allah SWT.

7. Allah SWT tidak dapat menerima sama sekali orang-orang yang mensyirikkan Allah SWT dengan sesuatu yang lain yang penuh dengan kelemahan. Perbuatan syirik sebenarnya menyerlahkan kebodohan umat manusia terhadap konsep dan ciri-ciri Allah yang sebenarnya yang terkandung dalam ayatul kursi.

Kredit: Tafsir Al-Munir Jilid 4 - Juzuk 7 & 8 (Bahasa Indonesia), dari mukasurat 148 hingga 154. Dr Ismail Abdullah, Teras Jernang, 16-9-2022.