Tuesday 3 January 2023

LIMA PERKARA YANG ALLAH HARAMKAN KEPADA MANUSIA.

Pendahuluan

Sisi keterkaitan antara ayat ini dengan ayat sebelumnya jelas sekali. Ketika Allah mengingkari orang-orang musyrik dan lainnya atas pengharaman apa yang tidak haram seperti, perhiasan dan rezeki-rezeki yang bagus, di sini, Allah menyebutkan berbagai macam hal-hal yang diharamkan dan pokok-pokoknya, iaitu lima perkara. Semuanya termasuk yang dilakukan oleh manusia, bukan dari penciptaan atau bakat fitri manusia.

Al-Kalbi mengatakan bahwa ketika orang-orang Muslim memakai pakaian dan thawaf di Baitullah, mereka dicela oleh orang-orang musyrik. Oleh sebab itu, turunlah ayat ini.

Dalam ayat 33, Surah Al-A’raaf, Allah terangkan lima (5) perkara yang diharamkan kepada manusia.

قُلۡ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ ٱلۡفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنۡهَا وَمَا بَطَنَ وَٱلۡإِثۡمَ وَٱلۡبَغۡيَ بِغَيۡرِ ٱلۡحَقِّ وَأَن تُشۡرِكُواْ بِٱللَّهِ مَا لَمۡ يُنَزِّلۡ بِهِۦ سُلۡطَٰنٗا وَأَن تَقُولُواْ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ

Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan-perbuatan yang keji, sama ada yang nyata atau yang tersembunyi; dan perbuatan dosa; dan perbuatan menceroboh dengan tidak ada alasan yang benar; dan (diharamkan-Nya) kamu mempersekutukan sesuatu dengan Allah sedang Allah tidak menurunkan sebarang bukti (yang membenarkannya); dan (diharamkan-Nya) kamu memperkatakan terhadap Allah sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya. (Al-A’raaf (7) : 33).

Tafsir dan Penjelasan.

Katakan wahai Muhammad, kepada orang-orang musyrik yang mengharamkan rezeki dan pakaian-pakaian yang dihalalkan Allah. Allah SWT hanya mengharaman lima hal, iaitu pokok-pokok yang diharamkan Allah. Lima hal itu adalah sebagai berikut.

1. Perbuatan-perbuatan keji (baik terang-terangan maupun tersembunyi) itu adalah perbuatan-perbuatan yang sangat jelek atau itu adalah ungkapan dari dosa-dosa besar sebab kejelekannya berlebih, seperti zina, mencuri, dan melawan kelompok Islam.

2. Dosa. Ertinya, yang menyebabkan dosa. Iaitu maksiat-maksiat yang kecil. Jadi, makna ayat adalah Allah mengharamkan dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil, seperti melihat dengan syahwat kepada selain istri. Ada yang mengatakan makna (ٱلۡإِثۡمَ) adalah maksiat atau dosa secara mutlak. Ini adalah athaf dari yang umum kepada yang khusus.

3. Melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar; yakni kezaliman, melampaui batas kerusakan, dan hak-hak dengan melanggar hak-hak manusia yang lain, baik individu maupun kelompok. Pembatasan pelanggaran dengan kata tanpa alasan yang benar adalah karena pelampauan batas jika untuk kemaslahatan umum atau saling ridha (menerima), tidak apa-apa.

4. Menyekutukan Allah. Ini adalah perbuatan keji yang paling jelek, iaitu menjadikan bersama Allah, Tuhan lain, seperti berhala, patung atau manusia yang tidak ada dasar dari akal, dan bukti dari wahyu. Argumen dinamakan sulthan karena mengunggulkan ucapan musuh daripada yang lain. Ini mempunyai pengaruh terhadap akal pendengar dan pemikirannya. Seperti firman Allah SWT,

"Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain selain Allah, padahal tidak ada suatu bukti pun baginya tentang itu, maka perhitungannya hanya pada Tuhannya. Sungguh orang-orang kafir itu tidak akan beruntung." (al-Mu'minuun: 117).

Dalam ayat ini, ada petunjuk bahwa al-burhan (dalil yang kuat) adalah dasar pengambilan dalil mengenai kebenaran aqidah dan bahwa keimanan tidak bisa diterima tanpa wahyu dari Allah yang diperkuat oleh dalil dan burhan.

5. Mengada-adakan perkara atas nama Allah tanpa menggunakan ilmu dan argumentasi, seperti mereka-reka dan berdusta terhadap Allah dengan menuduh bahwa Dia mempunyai anak atau sekutu dari berhala-berhala. Allah berfirman,

"Maka jauhilah (penyembahan) berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan dusta." (al-Hajj: 30).

Penghalalan yang haram dan pengharaman yang halal dengan tanpa sandaran dan argumentasi. Ini adalah ucapan dengan pendapat murni tanpa dalil dari syara'. Ia menyebabkan terdistorsinya agama, bid'ah dalam agama yang benar dan mengikuti hawa nafsu dan syaitan, sebagaimana dilakukan oleh Ahli Kitab. Allah SWT berfirman,

"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, 'Ini halal dan ini haram."' (an-Nahl: 116).

Ini adalah metode orang-orang yang mengaku tajdidi, melampaui syari'at atas nama ijtihad, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw. bersabda,

"Sungguh kalian akan mengikuti sunnah (kebiasaan) orang-orang sebelum kalian, satu jengkal demi jengkal, satu hasta demi hasta, sampai ketika mereka masuk ke lubang biawah kalian akan mengikuti mereka". Kami berkata, 'Wahai Rasulullah, mereka orang-orang Yahudi dan Nasrani?' Nabi bersabda, 'Siapa lagi?"' (HR Bukhari dan Muslim).

Jalan ijtihad dikenal dalam syari'at, iaitu memerhatikan dalam Al-Qur'an, sunnah, dan ijmak dengan benar berdasarkan dasar-dasar syar'i, kemudian meng-qiyas-kannya atau mengambil pendapat yang mencakup isfihsan, istishlah dan sebagainya. Ini adalah pendapat yang selaras dengan ruh syari'at, pokok-pokoknya, dan prinsip-prinsipnya yang umum.

Tentang ayat ini, dimunculkan pertanyaan-pertanyaan. Intinya bahwa kata (إِنَّمَا) memberi pengertian pembatasan. Jadi, firman Allah SWT (إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ) padahal barang-barang yang diharamkan tidak terbatas pada ini saja, jawabannya ialah kejahatan-kejahatan terbatas pada lima macam. Pertama, kejahatan terhadap nasab. Ini hanya terjadi dengan zina. Itulah yang dimaksud dengan firman-Nya (إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ ٱلۡفَوَٰحِشَ). Kedua, kejahatan terhadap akal, iaitu minum khamr. Ini diisyaratkan dengan firman-Nya, (ٱلۡإِثۡمَ). Ketiga, kejahatan terhadap harga diri. Keempat, kejahatan terhadap jiwa dan harta. Keduanya diisyaratkan dengan firman-Nya, (وَٱلۡبَغۡيَ بِغَيۡرِ ٱلۡحَقِّ). Kelima, kejahatan terhadap agama. Ini dari dua segi. Pertama, mencederai keesaan Allah, diisyaratkan dengan firman-Nya (وَأَن تُشۡرِكُواْ بِٱللَّهِ). Kedua, berkata, mengenai agama Allah tanpa pengetahuan. Ini diisyaratkan dengan firman-Nya, (وَأَن تَقُولُواْ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ). Ketika perkara-perkara kejahatan adalah perkara-perkara ini, sedangkan yang lain menjadi seperti cabang dan yang mengikuti, penyebutan hal-hal yang diharamkan selaras dengan penyebutan yang perkara (keseluruhan). Jadi, dimasukkan kata (إِنَّمَا) yang mempunyai pengertian pembatasan (Tafsir ar-Razi: XIV/67).

Fiqih Kehidupan atau Hukum-Hukum.

Ayat ini, sebagaimana telah jelas dari penafsirannya, menunjukkan pengharaman dasar-dasar perbuatan-perbuatan yang diharamkan. Ini mencakup penyimpangan aqidah (menyekutukan Allah), menghantam syari'ah (berkata, tentang agama Allah tanpa ilmu dan pengetahuan), dan kejahatan terhadap akal (pengharaman dosa). Ini terjadi pada semua maksiat dan juga khamr (menurut bahasa). Dengan dalil ucapan syair;

“Aku minum dosa (khamr) sehingga hilanglah akalku. Demikianlah, dosa menghilangkan akal."

(ٱلۡإِثۡمَ) sebagaimana yang dikatakan Hasan al-Bashri adalah khamr. Al-Jauhari dalam ash-Shihah berkata, "Kadang-kadang khamr dinamakan al-ltsmu. Selanjutnya, kejahatan tehadap nasab (zina), kejahatan terhadap jiwa dan harta (membunuh, mencuri), harga diri (menuduh zina). lni adalah kezaliman sosial dan individu yang disinggung (disinyalir) oleh firman-Nya, (وَٱلۡبَغۡيَ بِغَيۡرِ ٱلۡحَقِّ).

Dari situ, tampak bahwa dasar-dasar yang diharamkan mencakup aqidah, syari'ah, akhlak, etika, baik yang berkaitan dengan dosa-dosa yang terbatas pada diri, iaitu al-Itsmu, maupun yang risikonya sampai kepada orang lain, iaitu melanggar hak manusia.

Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil daripada kuliah ini ialah:

1. Isu-isu yang diharamkan Allah ada lima (5) iaitu perbuatan-perbuatan keji, dosa (menyebabkan dosa), melanggar hak manusia, Menyekutukan Allah, Mengada-adakan sesuatu yang tidak benar atas nama Allah.

2. Menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal merupakan tindakan putar belit fakta yang bukan daripada Allah. Ianya adalah bid’ah dan tertolak daripada Islam.

3. Dalam berijtihad mestilah berdasarkan al-Qur’an, hadits dan pendapat ulama’ yang muktabar (terbilang) bukan mengikut hawa nafsu.

4. Menggunakan kaedah qiyas dalam mendapatkan hukum juga mestilah berdasarkan al-Qur’an, hadits dan pendapat ulama’ yang muktabar.

5. Kejahatan-kejahatan terdiri dari lima perkara; (1) kejahatan terhadap dengan berzina, (2) minum khamr (merosakan akal), (3) kejahatan terhadap harga diri, (4) kejahatan terhadap jiwa dan harta, (5) kejahatan terhadap agama.

6. Perkara-perkara cabang daripada lima kejahatan di atas perlu juga ditegah dan dihapuskan terutama tindakan mendekati zina, minum khamr, kerosakan jiwa dan harta serta agama.

Semoga kita mencari fakta yang benar dan tidak menyeleweng fakta yang Allah turunkan melalui al-Quran. Aamiin!!!...

Dr. Ismail Abdullah, Teras Jernang, 3-1-2023

Rujukan:

[1] Tafsir Al-Munir Jilid 4 - Juzuk 7 & 8 (Bahasa Indonesia), dari mukasurat 443 hingga 446.