Friday 16 September 2022

KASIH SAYANG ALLAH MELEBIHI MURKA-NYA

Di antara sifat Pencipta-Zat yang kita merasa tenteram berada di dalam ketaatan kepada-Nya-adalah sifat kasih sayang. Allah SWT mewajibkan diri-Nya untuk merahmati makhluk-Nya.

Di antara wujud dari kasih sayang-Nya adalah pengumpulan makhluk pada hari Kiamat untuk memberikan pahala dan siksa. Sebabnya, ketika manusia mengetahui bahwa dia akan mendapatkan sesuatu di akhirat nanti, dia akan melakukan kebaikan dan menjauhi kejelekan. Jadi, adanya rangsangan yang semacam ini adalah cara untuk mendidik manusia dan sebagai bentuk kasih sayang terhadap para hamba. Kalau saja tidak ada rasa takut pada adzab hari Kiamat, pasti dunia ini akan penuh dengan kerusakan, kekacauan dan kejahatan. Ia akan mengalami kegaduhan dan kerusakan pada sistem sosial.

Dengan demikian, adanya suatu ancaman yang seperti ini menjadi wujud dari rahmat Allah. Di dalam Shahih Bukhari dan Muslim ditegaskan bahwa Rasulullah saw. bersabda yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah,

"Sesungguhnya ketika Allah menciptakan makhluk, Ia menulis tulisan di atas Arsy: 'Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku."' (HR Bukhari dan Muslim).

Maksud dari hadits di atas ialah ketika Dia menampakkan qadha-Nya dan menunjukkannya kepada siapa pun apay yang Dia kehendaki. Dia memperlihatkan tulisannya yang ada di Lauh Mahfuzh atau di tempat yang dikehendaki. Isi dari tulisan itu ialah berita kebenaran dan janji yang pasti bahwa rahmat-Nya mendahului dan mengalahkan murka-Nya.

Secara khusus bahwa orang-orang yang merugikan dirinya sendiri ialah mereka yang menjerumuskan diri mereka ke dalam kerusakan, tidak menggunakan akal dan ilmu, serta tidak mengambil pelajaran dari peringatan yang ada, sebagaimana Alah menyebutkan secara khusus bahwa merekalah orang-orang yang tercela dan terhina di antara seluruh manusia pada hari Kiamat.

Penyebab dari kerugian itu adalah tiadanya iman di dalam diri mereka, ertinya mereka tidak meyakini adanya hari kebangkitan dan hari akhir serta tidak takut pada adzab di hari itu. Namun, di dalam ayat ini Allah menjadikan hilangnya keimanan dari diri mereka sebagai akibat dari sikap mereka yang merugikan diri mereka sendiri, padahal faktanya adalah sebaliknya. Terkait hal ini, az-Zamakhsyari mengatakan bahwa makna ayat di atas adalah orang-orang yang merugikan diri mereka-sesuai dengan ilmu Allah-adalah kerana mereka memilih kekufuran dan mereka tidak beriman.

Di dalam al-Qur’an dinyatakan lima ayat yang sangat jelas mengenai kasih sayang Allah dan juga balasan bagi mereka yang engkar,

Bertanyalah (wahai muhammad): "Hak milik siapakah segala yang ada di langit dan di bumi?" Katakanlah: "(Semuanya itu) adalah milik Allah. Ia telah menetapkan atas diriNya memberi rahmat. Demi sesungguhnya Ia akan menghimpunkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada sebarang syak padanya". Orang-orang yang merugikan diri sendiri (dangan mensia-siakan pengurniaan Allah), maka mereka (dengan sebab yang tersebut) tidak beriman. (Al-An’aam (6) : 12).

Dan bagi Allah jualah apa yang ada pada waktu malam dan siang; dan Dia lah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui. (Al-An’aam (6) : 13).

Katakanlah (wahai Muhammad): "Patutkah aku mengambil (memilih) pelindung yang lain dari Allah yang menciptakan langit dan bumi, dan Ia pula yang memberi makan dan bukan Ia yang diberi makan?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama sekali menyerah diri kepada Allah (Islam), dan (aku diperintahkan dengan firmanNya): `Jangan sekali-kali engkau menjadi dari golongan orang-orang musyrik itu.'" (Al-An’aam (6) : 14).

Katakanlah: "Sesungguhnya aku takut jika aku derhaka kepada Tuhanku, (akan dikenakan) azab hari yang besar (hari kiamat)". (Al-An’aam (6) : 15).

Sesiapa yang dijauhkan azab daripadanya pada hari itu, maka sesugguhnya Allah telah memberi rahmat kepadanya; dan itulah kejayaan yang jelas nyata. (Al-An’aam (6) : 16).

Ayat-ayat ini menegaskan keterangan yang terdapat pada ayat sebelumnya mengenai penetapan tiga pokok agama, iaitu pertama, pembuktian keberadaan dan keesaan Allah; kedua, penetapan adanya hari kebangkitan; hari akhir dan ketiga, pembalasan amal; serta pengakuan akan kenabian dan risalah Muhammad saw.. Hal itu dilakukan dengan cara pemaparan dalil-dalil yang menunjukkan tiga pokok agama tersebut dengan metode tanya jawab. Ini adalah metode lain dalam rangka mengukuhkan aqidah dalam hati dan menarik perhatian orang lain supaya tidak bosan.

Jika terbukti bahwa Allah SWT adalah pencipta dan yang membuat langit dan bumi beserta semua yang bergerak dan yang diam di langit dan bumi, hal ini menandakan bahwa Dia Mahakuasa untuk menciptakannya kembali, mengumpulkan, dan membangkitkannya.

Ini juga membuktikan bahwa Dia (Allah) adalah Maharaja yang mesti ditaati, Zat yang berkuasa untuk memerintah dan melarang hamba-Nya. Oleh karena itu, harus ada orang yang menyampaikan pesan ini dan itulah tugas seorang nabi. Dengan demikian, pengutusan para nabi dan rasul oleh Allah SWT kepada makhluk adalah hal yang bersifat wajib. Dengan demikian, ayat ini sudah cukup untuk membuktikan tiga asas di atas.

Pada dasarnya, orang-orang musyrik, ketika ditanya kepunyaan siapa langit dan bumi, kepunyaan siapa alam, makhluk, dan semua yang ada di dalamnya? Pertanyaan ini sebagai celaan dan penghinaan kepada mereka. Sebabnya, mereka meyakini bahwa Allah adalah Maha Pencipta, sebagaimana firman Allah,

"Dan sungguh, jika engkau (Muhammad) tanyakan kepada mereka, 'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?' Tentu mereka akan menjawab, Allah."' (Luqmaan:25).

Kerajaan langit dan bumi bukanlah sekadar kerajaan yang kosong, tetapi ia adalah kerajaan yang mencakup segala sesuatu yang ada di antara keduanya baik yang diam maupun yang bergerak. Semuanya adalah hamba dan makhluk-Nya serta berada di bawah kekuasaan, perlakuan, dan pengaturan-Nya. Tidak ada Tuhan selain Dia. Ia menyebutkan secara khusus sesuatu yang diam di waktu malam dan siang meskipun ia masuk dalam makna apa yang di langit dan apa yang di bumi. Hal ini untuk menunjukkan bahwa pengaturan Allah SWT juga meliputi hal-hal yang samar.

Semua yang ada di langit dan di bumi tunduk pada pengawasan Allah dan perlakuan-Nya. Dialah Yang Maha Mendengar yang pendengaran-Nya meliputi semua yang kecil dan besar. Dia mendengar jalannya semut hitam di malam yang kelam, di atas batu besar lagi keras. Dia juga Maha Mengetahui, ilmu-Nya meliputi semua yang kecil dan yang besar. Pendengarannya meliputi semua yang bisa didengar seperti ucapan dan suara hamba-hamba-Nya. Ilmu-Nya meliputi semua yang bisa diketahui, seperti gerakan-gerakan makhluk dan rahsia-rahsia mereka. Semuanya ini menghendaki adanya pengawasan Ilahi dan pengelolaan yang sempurna terhadap segala sesuatu.

Kemudian, Allah memerintahkan Nabi-Nya -yang merupakan utusan yang menyampaikan syari'at-Nya-sebuah perintah sebagai bentuk akibat dari apa yang telah di jelaskan sebelumnya. Allah SWT berfirman kepadanya, "Katakan wahai Muhammad, 'Aku tidak menjadikan sesuatu sebagai pelindung, penolong yang dapat memberiku manfaat atau menolak bahaya, kecuali hanya Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah pencipta langit dan bumi tanpa ada yang dapat setara dengan-Nya."' Ini sama seperti firman Allah SWT,

"Katakanlah (Muhammad), Apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, wahai orang-orang yang bodoh?"' (az-Zumar: 64).

Adapun penciptaan langit dan bumi, ia sebelumnya berupa kumpulan asap yang kemudian terpisah. Ini juga termasuk dalam makna kata fathara dan syaqqa. Allah SWT berfirman,

"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya." (al-Anbiyaa':30).

Allah juga Zat yang memberi rezeki dan menutup pintu rezeki tersebut. Dialah yang memberi nikmat kepada makhluk-Nya, tanpa ada rasa perlu kepada mereka sebab Allah SWT jauh dari sifat perlu kepada semua selain dari-Nya, sebagaimana firman Allah SWT,

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan ogar mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku. Sungguh Allah, Dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kukuh." (adz-Dzaariyyaat:56-58).

Di sini, ada isyarat yang jelas yang mengarahkan manusia agar mereka mencari rezeki dari Allah SWT semata, disertai dengan upaya mencari jalan menuju pintu rezeki tersebut, baik dengan usaha, bekerja, melakukan pengelolaan, penelitian, maupun latihan, bukan dengan meminta kepada selain Allah, baik dia manusia, berhala, maupun patung. Sama saja apakah ia adalah pemimpin atau tidak sebab semua rezeki hamba ada di tangan Allah SWT semata.

Jika telah jelas bagimu-wahai Muhammad dan orang-orang selain kamu-dalil-dalil yang menunjukkan pada Zat yang berhak menjadi Tuhan, disembah, dan dijadikan pelindung, katakan kepada mereka, "sesungguhnya aku diperintahkan oleh Tuhanku yang memiliki sifat-sifat ini agar aku menjadi orang yang pertama kali pasrah, tunduh merendahkan diri, dan taat kepada-Nya." Aku juga dilarang untuk menyekutukan Allah dalam bentuk apa pun, di antaranya adalah syirik ala Jahiliyyah yang menjadikan berhala sebagai jalan dan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kemudian, Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk menginformasikan balasan bagi orang yang menyalahi perintah dan larangan di atas. Allah berfirman, (قُلۡ إِنِّيٓ أَخَافُ) Katakan kepada mereka, "Sesungguhnya aku takut tertimpa adzab pada hari yang sangat mengerikan dan menakutkan jika aku mendurhakai Allah.” Hari Kiamat yang Allah akan menghisab para makhluk dengan hisab yang keras atas amal perbuatan mereka dan akan membalas mereka dengan balasan yang setimpal. Itulah hari ketika manusia tidak memiliki kuasa apa pun untuk dirinya. Semua perkara pada hari itu adalah milik Allah. Jika peringatan ini diarahkan kepada Nabi utusan Allah, bagaimana dengan manusia yang lain? Siapa yang dapat menolak adzab dari mereka pada hari itu? Allah SWT telah merahmati Nabi dan menyelamatkannya dan itu adalah keberuntungan yang besar yang tidak ada keberuntungan yang lebih mulia dari itu, sebagaimana firman Allah SWT,

"Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, sungguh, dia memperoleh kemenangan." (Ali-Imraan:185).

Yang dimaksud dengan kemenangan ialah diperolehnya keuntungan dan terhindar dari kerugian.

Ayat-ayat ini mengukuhkan pokok-pokok aqidah yang mencakup tauhid, hari kebangkitan, balasan, dan kenabian. Ini adalah dalil-dalil yang dijadikan sebagai hujjah untuk membungkam orang-orang musyrik yang ingkar. Pertama-tama dengan menampilkan pengakuan akan adanya Allah yang mereka mengakui hal itu dan mengakui bahwa pencipta langit dan bumi adalah Allah. Kalaupun mereka tidak mengakui hal itu, ada hujjah yang akan membantah pengingkaran mereka.

Jika telah nyata bahwa apa yang ada di langit dan bumi adalah kepunyaan Allah SWT dan Dia adalah pencipta semuanya, baik berdasarkan pengakuan dari mereka maupun dengan adanya hujjah kepada mereka, dengan begitu, Allah SWT juga berkuasa untuk menyegerakan turunnya siksa dan membangkitkan mereka kembali setelah mati. Namun, Allah SWT telah menetapkan rahmat (kasih sayang) atas diri-Nya sebagai bentuk anugerah dan kurnia dari-Nya. Oleh karena itu, Dia memberi penangguhan kepada manusia sampai mereka sadar kembali. Ini adalah bentuk belas kasih dari Allah kepada orang-orang yang berpaling dan tidak mau menyambut-Nya. Selain itu, hal ini adalah penegasan dari-Nya bahwa Dia Maha Pengasih kepada hamba-hamba-Nya, tidak menyegerakan hukuman bagi mereka dan menerima taubat mereka.

Di antara bentuk rahmat dari Allah adalah adanya penangguhan sampai hari Kiamat dan pemberian maklumat kepada manusia mengenai pengumpulan mereka pada hari Kiamat untuk memberi pahala bagi orang-orang yang taat dan menyiksa orang-orang yang durhaka. Peringatan lebih awal itu adalah rahmat dari Allah kepada hamba-hamba-Nya sebab ketika mereka mengetahui bahwa mereka tidak boleh lepas dari hisab, mereka akan berfikir; memperbaiki amal, dan memperbaiki keimanan mereka.

Kemudian, Allah mencela orang-orang yang merugi, iaitu mereka yang tidak peduli terhadap apa yang dikehendaki oleh ilmu dan akal sehat berupa keimanan dan sikap istiqamah dalam agama dan syari'at Allah. Orang-orang yang merugi itu-karena telah memilih sikap kufur-adalah orang-orang yang tidak beriman.

Jika dalil-dalil yang menunjukkan adanya Tuhan sudah jelas, setiap manusia wajib untuk menyembah-Nya dan menjadikan-Nya sebagai pelindung dan penolongnya dalam rangka merealisasikan kemaslahatan dan melindungi diri dari bahaya, serta pasrah dan tunduk kepada perintah-perintah-Nya. Dialah yang memberi rezeki dan memberi makan. Dialah yang memberikan kurnia bukan yang penerima kurnia. Selain itu, semua manusia dilarang melakukan kemusyrikan dan menjadikan sekutu dan perantara antara dirinya dan Allah.

Setiap manusia wajib memiliki rasa takut kepada adzab Allah pada hari Kiamat sebab ia adalah adzab yang pedih. Barangsiapa yang selamat darinya, dia telah diliputi rahmat dan pertolongan dari Allah. Ini adalah keberuntungan dan keselamatan terbesar bagi manusia. Ya Allah, jadikanlah diriku, keturunanku, bapakku, ibuku, keluargaku, dan guru-guruku termasuk orang-orang yang beruntung.

Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil daripada kuliah ini ialah:

1. Ditetapkan tiga (3) asas agama iaitu pertama, pembuktian adanya Allah dan ke-Esaan-Nya, kedua, penetapan adanya hari kebangkitan (akhirat) dan pembalasan amal, dan ketiga, pengakuan kenabian dan risalah Nabi Muhammad SAW.

2. Persoalan berikutnya ialah bagaimana menyakinkan umat manusia terhadap ketiga-tiga asas agama (dasar) tersebut bagi menguatkan aqidah dan keimanan mereka kepada Allah SWT.

3. Orang-orang musyrik pun tahu bahwa yang menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antaranya adalah Allah SWT. Mereka perlu diberikan bukti-bukti dan dalil-dalil bagi memperlihatkan bahwa Zat yang Maha berkuasa, dan Maha mengetahui ialah Allah SWT.

4. Risalah yang ingin Allah SWT sampaikan kepada manusia dikuatkan lagi dengan mengutus para nabi dan rasul yang ikhlas berjuang kerana Allah. Para nabi dan rasul dibekalkan dengan mukjizat yang sesuai dengan zaman mereka bagi menyakinkan umat tentang Zat yang Maha berkuasa itu.

5. Para nabi dan rasul juga mengingatkan kepada yang engkar bahwa pada hari akhirat disediakan siksaan bagi yang menolak ajaran para nabi dan rasul sementara yang beriman akan mendapat balasan yang setimpal dengan amalan mereka.

6. Jika manusia beriman bermakna dia sudah menemui jalan yang baik dan jika dia menolak maka kerugian dari penolakan itu tertimpa atas diri mereka sendiri. Kekufuran mereka tidak sedikit pun mempengaruhi orang-orang yang beriman dan Allah SWT.

7. Allah SWT tidak dapat menerima sama sekali orang-orang yang mensyirikkan Allah SWT dengan sesuatu yang lain yang penuh dengan kelemahan. Perbuatan syirik sebenarnya menyerlahkan kebodohan umat manusia terhadap konsep dan ciri-ciri Allah yang sebenarnya yang terkandung dalam ayatul kursi.

Kredit: Tafsir Al-Munir Jilid 4 - Juzuk 7 & 8 (Bahasa Indonesia), dari mukasurat 148 hingga 154. Dr Ismail Abdullah, Teras Jernang, 16-9-2022.

No comments:

Post a Comment