Wednesday 28 July 2021

Musim Haji 1442H tidak terkesan COVID-19

Berikut saya mengutip tulisan Uttiek dari Jakarta yang menceritakan tentang Musim Haji 1442H yang tidak terkesan dengan pandemic COVID-19. Jumlah kes COVID-19 di Olimpik Tokyo telah meningkat menjadi 133. Hal ini telah diumumkan oleh Jawatankuasa Pelaksana Olimpik Tokyo pada hari Ahad, 25 Julai 2021.

Menurut Jawatankusa Pelaksana Olimpik Tokyo 2020, kes COVID-19 terakhir adalah 10 orang yang datang untuk Temasya Olimpik dinyatakan positif terkena virus. Salah seorang atlet yang didiagnosis dengan virus ditempatkan di Daerah Olimpik Tokyo.

Di antara yang terkena virus COVID-19 ialah enam pegawai, seorang ahli peniagaan (kontraktor), dan seorang wartawan. Menurut Surat Khabar Republika bertarikh 26 Julai 2021, semua mereka dikarantin.

Ini sebenarnya tidak mengejutkan. Sejak awal mereka sudah merasakan bahwa penyelenggaraan olahraga terbesar di dunia akan terkesan dengan virus COVID-19, kerana berlangsung di tengah pandemik yang masih menghantui dunia.

SOP kesihatan dan pembatasan jumlah peserta maupun pengunjung sudah dilakukan dengan ketat. Namun masih ada juga yang terkena COVID-19 dan jumlahnya pun sudah lebih dari 100 orang.

Bukan bermaksud membandingkan, karena masing-masing memikili situasi, kondisi dan kepentingan yang berbeza. Tapi di waktu yang hampir bersamaan, ada perhimpunan besar jamaah haji yang lebih ramai terlibat dan baru berakhir minggu lalu yang mendapat pujian dunia kerana tiada yang terkena virus COVID-19! Allahu akbar!

Menteri Kesihatan Arab Saudi, Dr Tawfiq Al Rabiah, mengumumkan tidak ada kes COVID-19 yang terdapat di antara jamaah. "Haji kali ini berhasil, tanpa COVID-19 atau penyakit epidemi lainnya yang dilaporkan,” jelasnya seperti yang dilaporkan dalam Asharq Al-Awsat, pada Jumaat, 23 Julai 2021.

Untuk kedua kalinya Kerajaan Arab Saudi berhasil menyelenggarakan muktamar terbesar dunia, iaitu ibadah haji tanpa ada kes COVID-19.

Tahun 1441H, jumlah jamaah haji sangat dibatasi hanya 1,000 jamaah, tetapi tahun ini 1442H jumlah itu dilipatkan 60 kali menjadi 60,000 jamaah.

Pada puncak pelaksanaan haji yakni wuquf, mereka mesti berkumpul di lokasi yang sama, di waktu yang sama. Setelah itu mereka harus bergerak bersama-sama untuk mabit di Muzdalifah dan selanjutnya ke Mina untuk melempar jumrah.

Walaupun ada 60,000 manusia (belum termasuk petugas dan pihak yang berkepentingan lainnya) berkumpul dan bergerak bersama, namun Allah tak izinkan mahluknya yang berwujud virus untuk mendekati tamu-tamuNya.

Dunia mencatat, tidak ada satu negarapun yang memiliki kemampuan mengadakan sebuah event besar, di mana pada kondisi normal jutaan orang berkumpul bersama, yang dilakukan secara rutin setiap tahun.

Sebagai perbandingan, peristiwa dunia semacam Olimpik atau Piala Dunia Bola Sepak hanya diadakan 4 tahun sekali dengan tuan rumah yang bergiliran antar negara. Itu pun tak sampai 1 juta penonton datang ke negara penyelenggara. Terakhir Olimpik Rio “hanya” dikunjungi oleh 500 ribu penonton.

Untuk diketahui, pada penyelenggaraan haji sebelum pandemik, seratus ribu polis dan askar dikerahkan untuk pengawasi selama wuquf. Dua kali ganda dari jumlah petugas keamanan di Olimpik London.

Ribuan ambulans dan ratusan helikopter medis maupun militer disediakan. Ada 550 CCTV terpasang khusus untuk area Arafah. Jutaan gallon air minum disiapkan secara percuma.

Apa yang membezakan haji dengan peristiwa besar dunia lainnya?

Satu jawapan yang pasti ialah Keberkatan. Berkat yang membuat peristiwa haji ini berlangsung secara aman tanpa halangan, kerana Allah yang menjaganya. Allah tak akan menyia-nyiakan tamu yang diundangNya. Allah menjamu dengan sangat istimewa.

Semoga kita semua mendapat perlindungan daripada Allah SWT terhadap apa yang kita lakukan kerana Allah SWT menjaga agama Islam dan umatNya yang beriman lagi ikhlas. Aamiin!!!....

#Allahjagakita

#islamAllahjaga

DrIsbah, Teras Jernang, 28-07-2021

No comments:

Post a Comment