Tuesday 6 February 2018

Empat belas panduan berbicara

Pepatah Melayu ada bermadah “terlajak perahu boleh diundur, terlajak kata besar padahnya”. Melalui pepatah ini kita disuruh berhati-hati dalam menuturkan kata-kata. Juga ada yang bermadah, “terbakar hutan boleh dilihat, terbakar hati siapa yang tahu”.

Banyak yang mengenal ungkapan seperti ini: اللسان ليسات الجو فاء allisan laysat aljawafa'

“Lidah itu memang tidak bertulang”. Ini sesuai dengan salah satu firman Allah SWT, yang memiliki arti: “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (QS. Al Ahzab : 70)

Jadi, apa saja adab berbicara dalam Islam yang perlu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari? Di sini dihuraikan empat belas (14) adab yang perlu dipatuhi bagi menjaga hubungan antara manusia:

1. Sebaiknya berpikir dahulu sebelum berbicara.

Ini sesuai dengan sebuah hadits dalam Bukhari-Muslim, menyebutkan bahwa: “Lisan orang memiliki akal timbul dari hati nuraninya. Maka ketika hendak berbicara, lebih dahulu dia kembalikan kepada nuraninya. Jika ada manfaat bagi dirinya, dia berbicara dan jika berbahaya, maka dia menahan diri. Sementara itu, hati orang bodoh berada di mulutnya, dia berbicara sesuai apa saja yang dia mau.”(HR. Bukhari-Muslim)

2. Sebaiknya berbicara jelas dan tak berlarut-larut.

Hal ini sesuai dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud. “Bahwasanya perkataan Rasulullah saw itu selalu jelas dan dapat dipahami oleh orang yang mendengarnya.” (HR. Abu Daud)

3. Tidak berbicara yang mengandung kebatilan.

Ini sesuai dengan apa yang terdapat dalam sebuah hadits. “Sesungguhnya seorang hamba berkata satu kata yang Allah SWT ridhai dan dia tidak mengira akan mendapatkan demikian sehingga dicatat Allah SWT, keridhoan-Nya bagi orang tersebut hingga nanti di hari Kiamat. Dan seorang lelaki berkata satu kata yang Allah SWT murkai yang tidak dikiranya akan berkata demikian, maka Allah SWT mencatat yang demikian itu hingga hari Kiamat.” (HR. Tirmidzi)

4. Tidak mencela dan berkata keji

Adab berbicara dalam Islam lainnya adalah menghindarkan diri kita dari kebiasaan mencela dan berkata keji kepada orang lain. “Bukanlah seorang mukmin jika dia suka mencela, melaknat serta mengucapkan kata-kata keji.” (HR. Tirmidzi)

5. Hindari banyak bicara dan tidak sombong.

“Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan paling jauh dari aku nanti di hari Kiamat adalah orang yang banyak bicara, orang pura-pura fasih dan orang yang mutafaihiqun”. Para sahabat bertanya: Wahai Rasulllah, apa itu mutafaihiqun? Nabi menjawab: “Orang-orang yang sombong”. (HR. At-Tirmidzi)

6. Hindari berkata-kata penuh dusta.

Setiap muslim sebaiknya mencirikan seseorang yang jujur dalam setiap perkataan dan perbuatan. Hindari pembicaraan yang mengandung dusta di dalamnya. “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, jika dia bicara berdusta, jika dia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah dia berkhianat.” (HR. Bukhari)

7. Hindari ghibah, berkata tentang aib orang dan memanggi; dengan nama yang buruk.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: “Ghibah adalah kamu menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang dibenci.” Orang itu kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika sesuatu yang diceritakan tersebut memang benar ada padanya ?” Rasulullah SAW kemudian menjawab, “Kalau memang benar, itu namanya ghibah. Bila tidak benar, maka engkau telah berbuat buhtan (mengada-ada).” (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad)

8. Minimalkan bercanda dan tertawa.

Allah SWT memperingatkan untuk tidak bercanda dan tertawa yang terlalu berlebihan. Di sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi Allah SWT kelak di hari Kiamat adalah orang-orang yang sering membuat manusia tertawa.” (HR. Bukhari)

9. Jauhi perdebatan sengit yang tidak bermanfaat.

“Aku menjamin rumah di dasar surga untuk orang yang menghindari berdebat walaupun dia benar, dan aku menjamin rumah di tengah surga untuk yang menghindari dusta sekalipun bercanda, dan aku menjamin rumah di puncak surga untuk yang akhlaknya baik.”(HR. Abu Daud)

10. Mengulangi perkataan yang memang penting.

Anas RA telah berkata : “adalah Rasulullah SAW bila berkata maka beliau mengulanginya hingga 3 kali sampai semua yang mendengarkan menjadi paham, dan jika Rasulullah SAW datang ke rumah seseorang maka beliau pun mengucapkan salam 3 kali.” (HR. Bukhari)

11. Sebaiknya adil dan berhati-hati ketika memuji.

Dan dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata: “Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di depan Miqdad bin Aswad dengan berlebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang tersebut, kemudian berkata: Nabi SAW memerintahkan kepada kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang suka memuji.” (HR. Muslim)

12. Tenang dalam berbicara.

Aisyah RA berkata: “Sesungguhnya Nabi SAW jika membicarakan suatu perkataan, jika ada orang yang menghitungnya, niscaya dia dapat menghitungnya.” (Mutta-faq’alaih)

13. Hindari membicarakan semua yang didengar.

Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw telah bersabda, “Cukup menjadi sebuah dosa untuk seseorang yaitu jika dia membicarakan semua apa yang sudah didengar”. (HR. Muslim)

14. Hindari menguasai pembicaraan dan memotong pembicaraan orang lain.

Jika lawan bicara sedang berbicara, tunggulah sampai dia menyelesaikan pembicaraannya. Sebaiknya tidak langsung memotong atau menyela apa yang dia ucapkan. Ini untuk menjaga perasaan lawan bicara kita agar tidak tersinggung dan kesal. Orang lain akan menganggap diri kita tidak memiliki etika jika terus menyela pembicaraan. Itulah empat belas adab berbicara dalam Islam yang hendaknya kita fahami dan amalkan dalam kehidupan seharian.

Nukilan Dr Ismail Abdullah, isbah88@yahoo.com, 6 Feb 2018.